Artikel
Belajar Menjadi Pendidik Melalui Program Magang
- Di Publikasikan Pada: 16 Aug 2019
- Oleh: Admin
Surabaya — Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMSurabaya mengadakan kegiatan Magang yang bekerjasama dengan beberapa sekolah Muhammadiyah di Surabaya. Kegiatan ini merupakan program rutin untuk mahasiswa FKIP yang diadakan oleh UMSurabaya. Kegiatan magang ini memiliki tiga tingkatan, yaitu Magang Dasar, Magang Madya, dan Magang Karya. Magang Dasar untuk mahasiswa semester 3 yang bertujuan untuk observasi sekolah, Magang Madya untuk mahasiswa semester 5 yang bertujuan untuk studi RPP, Magang Karya untuk mahasiswa semester 7 yang bertujuan untuk praktik mengajar di dalam kelas. Fungsi dari kegiatan magang ini adalah membentuk karakter agar mahasiswa siap menjadi pengajar yang baik dan berkompeten serta berani mengeksplor kemampuannya.
Salah satu sekolah yang bekerjasama dengan UMSurabaya adalah SMA Muhammadiyah 3 Surabaya. Pada hari Jum'at (16/8), mahasiswa magang di sekolah yang terletak di Jl. Gadung III ini diperkenankan menemui guru pembimbingnya untuk berkomunikasi dan bertanya seputar informasi sekolah hingga kegiatan sekolah yang ada.
Sehubungan dengan hal tersebut mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia semester 3 menemui Elif Afrida, S.Pd selaku guru pendamping magang dasar. Menurut Elif mahasiswa magang harus memperhatikan lingkungan sekolah sedetail mungkin, baik dari segi sarana dan prasarana hingga proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Mengingat tenggang waktu yang singkat untuk magang dasar, maka mahasiswa harus bergerak dengan cepat dan teliti dalam proses observasi.
“Magang dasar ini merupakan awal yang bagus bagi mahasiswa untuk belajar menjadi guru yang baik. Harapan saya kedepannya dengan diadakan kegiatan magang ini mahasiswa dapat menjadi generasi penerus tenaga pendidik yang terampil dan profesional.,” ujar Elif saat ditanya mengenai pandangannya terhadap program magang yang diadakan oleh UMSurabaya.
“Selain itu, menjadi guru juga harus memahami bagaimana cara mengelola kelas dan merawat siswanya. Supaya terjadi komunikasi yang positif antara guru dengan siswa, maka guru harus masuk ke dalam dunia siswa, bukan sebaliknya. Dengan demikian guru dan siswa akan mudah dalam melaksanakan KBM. Ya, saya sangat berharap supaya teman-teman mahasiswa bisa menjadi guru yang dapat mengubah mindset siswa mengenai pelajaran yang membosankan menjadi sesuatu yang menyenangkan.,” lanjut Elif. (skt)